Hari itu Aku bertemu denganmu lagi. Apa yang ku rasakan kala itu?
Entah. Antara senang, sedih, tegang, dan malu tentunya. "Hay, Skan.."
Ingin sekali Aku mengucapkan dua kata itu didepan kedua matamu. Namun
sekali lagi, kata-kata apapun tak bisa ku keluarkan dari mulutku.
Dihadapanmu Aku menjadi lumpuh. Tak bisa berpikir jernih. Aku gugup.
Lalu
aku melihat sorot mata itu. Aku paling benci. Benci karena Aku tak
berdaya sama sekali dengan sorot mata itu. Kedua bola mata itu selalu
membuatku bertekuk lutut. Aku tak bisa menghindari tatapan itu. Kau tahu
Skan, dua bola matamu itu mampu membuatku tak bisa berbuat apa-apa
selain menuruti maumu. Aku luluh.
Skan, sudah jauh-jauh hari
Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Sesuatu yang amat sangat penting.
Aku ingin mengatakan itu didepanmu langsung. Sudah ku buat salinan
teks-nya, dan aku berharap hari itu aku mampu melawan kegugupanku
sendiri. Tapi... *shit ! Aku tak mampu..
Skan, maaf...
Maaf
atas semua ulah yang sudah aku lakukan selama ini. Aku tahu itu
mengganggumu. Aku tahu. Apakah Aku ini egois? Lantas Aku harus
menyalahkan diriku sendiri? *maaf
Aku tak pernah berniat untuk
menyakiti siapapun. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang Aku rasakan,
apa yang Aku pendam selama ini. Apa aku salah?
Aku tak
berharap kamu akan menyukaiku, Aku hanya berharap kau tidak membenciku.
Itu saja. Aku bahagia dengan hidupku sekarang. Dulu---sebelum mengenalmu
Aku baik-baik saja, lantas setelah kamu pergi mengapa Aku harus seperti
ini? Aku baik-baik saja. :)
Hari itu adalah hari terakhir kan? Katamu, : " Nanti kalau sudah mulai kuliah, ngga ada lagi yang bisa nge-bully kalian-kalian kan? "
Aku
tahu kamu mengatakan itu untuk semua teman-teman, bukan terkhususkan
untuku. Tapi mengapa sorot mata itu seakan menusuk padaku? Mata tak
pernah bisa bohong. Skan, saat kamu mengatakan itu, hatiku menangis. Aku
tahu cepat atau lambat ini pasti akan terjadi. Perpisahan memang tak
pernah abstain hadir, selalu saja ada. Tapi mengapa harus secepat ini?
Lalu kamu tersenyum saat itu. Aku tak ingin menganggap itu adalah senyum terakhir.
Walau
Aku sudah mendapatkan apa yang Aku inginkan. Your picture. Tapi Aku
masih tak puas. Aku belum sempat mengatakan 'terimakasih dan 'maaf.
Mengapa Aku begitu tolol? Mengucapakan dua kalimat itu saja Aku tak
bisa.
Aku gugup, sungguh.. :'( Aku tak bisa mengendalikan diriku, Skan.
Hari
itu Aku mengamatimu dalam diam. Mataku tak pernah beralih pada sosok
itu. Saat itu kamu menjadi pusat terpenting yang tak boleh Aku
sia-siakan begitu saja. Aku tak mau kehilangan moment terpenting darimu
sekecil apapun.
Aku berada dibalik punggungmu. Menantimu berbalik dan
menatapku. Lama Aku mengamati punggungmu. Hingga Aku menyerah--pasrah.
Kamu tak sedetik pun melihat ke arahku, hari itu..
Kau tahu Skan, hari itu Aku tak menangis dihadapanmu. Aku berhasil menahan semuanya.
Tengah hari di hari itu..
Kau dan teman-temanmu, menjauh perlahan. Kamu pulang. Aku memperhatikanmu dalam diamku. Aku bertanya-tanya " mengapa kamu pergi secepat itu?"
Aku memutuskan untuk pulang. Buat apa Aku terus disini? Kau sudah tak ada.
Kau tahu, didalam mobil Aku menangis sesenggukan. Mereka menatapku heran "kenapa anak ini?" Aku tak peduli. Aku tak bisa menahan sesak selamanya.. Izinkan Aku menangis untuk yang terakhir..
---- 06 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar